Sahara Mulai Basah: Sinyal Aneh Perubahan Iklim Global

- Redaksi

Selasa, 4 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seorang pria memberi isyarat saat berjalan di bukit pasir di samping danau yang disebabkan oleh hujan lebat di kota gurun Merzouga, dekat Rachidia, tenggara Maroko, Rabu, 2 Oktober 2024. (AP/)

Seorang pria memberi isyarat saat berjalan di bukit pasir di samping danau yang disebabkan oleh hujan lebat di kota gurun Merzouga, dekat Rachidia, tenggara Maroko, Rabu, 2 Oktober 2024. (AP/)

Sahara, Mevin.ID – Fenomena mengejutkan tengah terjadi di Gurun Sahara, salah satu kawasan terkering di dunia. Peningkatan suhu global membuat wilayah tandus di Afrika Utara ini kini semakin basah.

Biasanya, curah hujan di Sahara hanya sekitar 7,5 cm per tahun. Namun menurut riset terbaru, pada paruh kedua abad ke-21 curah hujannya diperkirakan melonjak hingga 75% lebih tinggi dibandingkan catatan historis.

“Perubahan pola curah hujan ini akan berdampak pada miliaran orang, baik yang tinggal di Afrika maupun di luar,” ujar Thierry Ndetatsin Taguela, peneliti iklim sekaligus penulis utama studi yang dikutip dari Eureka Alert. “Kita harus mulai menyiapkan strategi menghadapi perubahan ini, dari pengelolaan banjir hingga pengembangan tanaman tahan kekeringan.”

40 Model Iklim, Satu Kesimpulan: Sahara Tak Lagi Sama

Penelitian ini menggunakan 40 model iklim untuk mensimulasikan curah hujan musim panas di Afrika selama 2050–2099 dan membandingkannya dengan periode 1965–2014.

Taguela menganalisis dua skenario emisi gas rumah kaca: tingkat sedang dan tinggi. Hasilnya konsisten—Afrika akan mengalami peningkatan curah hujan dengan variasi di setiap wilayah:

  • Sahara: naik hingga 75%
  • Afrika tenggara: naik 25%
  • Afrika selatan–tengah: naik 17%
  • Afrika barat daya: justru semakin kering, turun hingga 5%

“Sahara hampir menggandakan curah hujan historisnya—sebuah kejutan besar di wilayah yang dikenal paling kering di dunia,” jelas Taguela.

Butuh Ketelitian Lebih Tinggi

Meski tren umumnya jelas mengarah ke iklim yang lebih basah, masih terdapat ketidakpastian terhadap jumlah pastinya. Taguela menekankan pentingnya peningkatan kualitas model iklim untuk memprediksi dampak regional secara lebih akurat.***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Istana Respons Putusan MK: Polisi yang Jabat di Luar Struktur Wajib Pensiun atau Mundur
Densus 88: Radikalisasi Anak Meningkat Drastis, Jawa Barat dan Jakarta Jadi Episentrum, Bagaimana Polanya?
Menkum : Polisi Aktif yang Sudah Duduki Jabatan Sipil Tak Wajib Mundur
Janji Prabowo Gunakan Uang Rampasan Koruptor untuk Rakyat: Dari LPDP, Utang Whoosh, hingga Smartboard
Mabes Polri Klarifikasi: Hanya 300 Polisi Aktif Duduki Jabatan Sipil
KPK Ungkap Modus Korupsi Whoosh: Tanah Milik Negara Dibeli Lagi oleh Negara
Ledakan Kabel SUTET Putus di Jatipulo: Warga Panik, Puluhan Rumah Hangus
Ombudsman RI Desak Komdigi Perketat Pengawasan Situs Judi Online

Berita Terkait

Rabu, 19 November 2025 - 11:30 WIB

Istana Respons Putusan MK: Polisi yang Jabat di Luar Struktur Wajib Pensiun atau Mundur

Rabu, 19 November 2025 - 08:33 WIB

Densus 88: Radikalisasi Anak Meningkat Drastis, Jawa Barat dan Jakarta Jadi Episentrum, Bagaimana Polanya?

Selasa, 18 November 2025 - 21:25 WIB

Menkum : Polisi Aktif yang Sudah Duduki Jabatan Sipil Tak Wajib Mundur

Selasa, 18 November 2025 - 14:03 WIB

Janji Prabowo Gunakan Uang Rampasan Koruptor untuk Rakyat: Dari LPDP, Utang Whoosh, hingga Smartboard

Selasa, 18 November 2025 - 07:48 WIB

Mabes Polri Klarifikasi: Hanya 300 Polisi Aktif Duduki Jabatan Sipil

Berita Terbaru