Bandung, Mevin.ID – Polemik pengelolaan sampah di Pasar Induk Caringin, Bandung kembali mencuat setelah sebuah video viral memperlihatkan seorang pedagang membuang buah-buahan busuk di depan tokonya.
Aksi tersebut menuai sorotan tajam dari netizen dan memicu diskusi soal solusi jangka panjang terhadap persoalan sampah pasar.
Video itu pertama kali diunggah oleh akun Instagram @haikallofficial. Dalam unggahannya, ia menyoroti kebiasaan pedagang yang membuang sampah organik, seperti buah-buahan busuk, di sembarang tempat, termasuk di jalan umum.
View this post on Instagram
> _”Sampah buah-buahan busuk dibuang begitu saja di depan toko atau bahkan di jalan umum. Belum lagi sampah-sampah dari kemasan yang berserakan,”_ tulis akun tersebut.
Unggahan tersebut langsung dibanjiri komentar warga yang prihatin dan mengusulkan berbagai solusi. Salah satu komentar bahkan berharap Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi turun tangan langsung.
> _”Bau busukna nepikeun lampu bereum Moh Toha, Pak. Upami beres hujan terus panas, beuki nyengat bau na,”_ tulis akun @afirdauuz, menyebut kondisi jalan Moh. Toha yang kerap dilalui kendaraan menuju pasar.
Sementara itu, akun @andayani0282 mengusulkan agar sampah organik bisa dimanfaatkan untuk pakan hewan.
> _”Pas saya ke Caringin, lihat sampahnya ngeri banget. Di mana-mana dan sangat numpuk. Kenapa mereka gak kerja sama sama bonbin? Itu buah-buahan atau sayuran kan bisa dipilih dan jadi makanan binatang,”_ katanya.
Saran serupa juga disampaikan akun @liantieka yang menyarankan kolaborasi dengan bank sampah untuk mengelola limbah organik.
Masalah ini bukan hal baru. Pada Januari lalu, Pasar Caringin sempat menjadi perbincangan karena tumpukan sampah yang menggunung, menyebabkan bau menyengat, dan mengganggu aktivitas pasar. Sampah tersebut berasal dari sisa operasional pedagang serta limbah rumah tangga dari permukiman sekitar.
Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) menilai bahwa pengelola pasar belum mampu menangani persoalan sampah secara menyeluruh. Meski sudah ada upaya pengangkutan, tumpukan terus muncul akibat minimnya kolaborasi antara pengelola, pedagang, dan warga sekitar.
Sorotan publik ini menjadi sinyal keras bagi Pemkot Bandung untuk segera mengambil langkah konkret, baik dalam bentuk edukasi pedagang, penyediaan tempat pembuangan sementara (TPS) yang layak, maupun penguatan kerja sama dengan lembaga pengelola sampah berbasis masyarakat.***





















