Seba Badui: Jejak Kaki, Hasil Bumi, dan Wasiat Leluhur yang Terus Hidup

- Redaksi

Sabtu, 3 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Warga Suku Badui mengikuti ritual tradisi Seba Badui di Pendopo Bupati Lebak, Banten, Jumat (2/5/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/rwa/pri.

Warga Suku Badui mengikuti ritual tradisi Seba Badui di Pendopo Bupati Lebak, Banten, Jumat (2/5/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/rwa/pri.

Serang, Mevin.ID – Langit belum benar-benar siang saat ratusan warga Badui Dalam memulai langkah panjang mereka dari kaki Gunung Kendeng di Rangkasbitung menuju Kota Serang. Tidak dengan kendaraan, tidak pula dengan alas kaki. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka berjalan kaki menempuh 40 kilometer, membawa persembahan: talas, pisang, gula aren, laksa, hingga sayuran iris.

Perjalanan itu bukan sekadar ritual. Bagi masyarakat Badui, Seba adalah amanah leluhur.

“Kami lakukan ini sebagai ungkapan syukur atas hasil bumi dan menjalankan perintah leluhur. Jika ditinggalkan, bisa jadi malapetaka,” kata Saidi Putra, Jaro Tanggungan 12, tokoh adat Badui.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seba Gede 2025: 1.769 Jiwa, Dua Warna, Satu Niat

Tahun ini, perayaan Seba termasuk dalam kategori Seba Gede—Seba besar—karena melibatkan 1.769 warga Badui. Badui Dalam mengenakan putih dengan ikat kepala putih (lomar), sementara Badui Luar mengenakan hitam dan ikat kepala biru.

Warga Badui Luar naik kendaraan dari Rangkasbitung ke Serang, namun warga Badui Dalam tetap setia berjalan kaki, seperti yang diajarkan para karuhun. Tidak ada kompromi, karena menggunakan kendaraan dianggap menyalahi adat.

Sesampainya di Kota Serang, mereka disambut Gubernur Banten Andra Soni dalam prosesi malam puncak Seba bersama para pejabat Muspida. Di Gedung Negara Provinsi, hasil bumi diserahkan secara simbolis sebagai tanda syukur dan loyalitas terhadap pemimpin wilayah.

Tradisi yang Mengikat Manusia dan Alam

Seba bukan sekadar seremoni budaya. Di balik pisang dan gula aren yang dibawa, ada nilai yang lebih besar: keseimbangan manusia dan alam.

“Kami hidup dari ladang. Kalau alam rusak, panen gagal, bencana datang,” ujar Saidi.

Di pemukiman Badui yang masih hijau dan terjaga, prinsip “gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang diruksak” (gunung tak boleh dihancurkan, lembah tak boleh dirusak) bukan sekadar slogan—melainkan hukum tak tertulis yang ditaati turun-temurun oleh 15 ribu lebih warga Badui.

Mereka tak menebang hutan sembarangan, tak membuka kebun di zona larangan, tak menambang atau menggali batu. Seba adalah pengingat bahwa menjaga alam adalah bentuk ibadah, bukan pilihan.

Dalam Seba, Kita Melihat Masa Depan

Sementara dunia modern terus bergerak cepat, Seba Badui mengajak kita melihat ulang apa arti kemajuan. Barangkali bukan pada gedung-gedung tinggi atau kendaraan cepat, tetapi pada kaki yang rela menempuh 40 kilometer demi menghormati warisan yang membuat hidup tetap selaras.

Dan malam itu, di bawah lampu Gedung Negara, ketika persembahan hasil bumi diserahkan dengan tangan terbuka, terlihat jelas: Seba bukan milik masa lalu. Ia adalah masa depan yang ditenun oleh kearifan yang nyaris terlupakan.***

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Wayang Kulit Hadir di California: Ki Midiyanto dan Putranya Pentas di SDSU Setelah 30 Tahun
Tulungagung Semarakkan World Dance Day, Ratusan Penari Unjuk Aksi di Tugu Kartini
Tri Adhianto Dorong Warga Mustika Jaya Terus Lestarikan Festival Adu Bedug dan Dondang
Festival Ogoh-Ogoh Lintas Agama Semarakkan Semarang, Warga Tumpah Ruah di Jalan
Dari Dongdang hingga Ondel-Ondel, Bekasi Rayakan Budayanya Sendiri
Relik Kuno Terkait Nabi Musa Ditemukan di Austria, Terkubur 1.500 Tahun
Puluhan Perupa Tampilkan Karya Bertema Memorial di Batang
Sanggar Seni Santhi Budaya Wakili Indonesia di Buriram International Art Festival 2025
Tag :

Berita Terkait

Senin, 5 Mei 2025 - 15:52 WIB

Wayang Kulit Hadir di California: Ki Midiyanto dan Putranya Pentas di SDSU Setelah 30 Tahun

Sabtu, 3 Mei 2025 - 18:47 WIB

Seba Badui: Jejak Kaki, Hasil Bumi, dan Wasiat Leluhur yang Terus Hidup

Minggu, 27 April 2025 - 18:37 WIB

Tulungagung Semarakkan World Dance Day, Ratusan Penari Unjuk Aksi di Tugu Kartini

Minggu, 27 April 2025 - 17:47 WIB

Tri Adhianto Dorong Warga Mustika Jaya Terus Lestarikan Festival Adu Bedug dan Dondang

Sabtu, 26 April 2025 - 23:45 WIB

Festival Ogoh-Ogoh Lintas Agama Semarakkan Semarang, Warga Tumpah Ruah di Jalan

Berita Terbaru