Simpul Persaudaraan di Atas Sungai, Warga Baduy Bangun Jembatan Bambu Tanpa Paku

- Redaksi

Senin, 27 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DI TENGAH bentang hijau hutan Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, warga Suku Baduy kembali membangun sebuah Cukangan—jembatan bambu gantung yang menghubungkan antar kampung.

Pembangunan dilakukan secara gotong royong, tanpa paku, tanpa semen, tanpa mesin, dan tanpa bantuan alat berat.

Seluruh konstruksi jembatan dikerjakan menggunakan bambu dan tali ijuk, sesuai aturan adat Baduy Dalam yang melarang penggunaan material modern.

Meski tampak sederhana, jembatan ini menjadi jalur vital yang menghubungkan aktivitas harian warga dan akses perjalanan antar permukiman.

Bekerja Tanpa Komando

Dari rekaman proses pembangunan, terlihat puluhan lelaki Baduy bekerja serempak. Bamburangkaian panjang mereka angkat bersama, disilangkan, lalu diikat dengan tali ijuk.

Tidak terdengar instruksi keras atau arahan teknis. Gerakan mereka berjalan selaras, berdasarkan pengetahuan yang diwariskan turun-temurun.

Kepatuhan terhadap adat bukan sekadar aturan, tapi cara hidup. Warga mengetahui karakter bambu yang digunakan; mana yang lentur, mana yang kuat, dan mana yang mampu bertahan menghadapi arus sungai dan cuaca.

Dugdug Rempug: Mengganti Jembatan, Menguatkan Ikatan

Jembatan bambu ini biasanya diganti setiap dua hingga tiga tahun sekali melalui kegiatan gotong royong massal yang disebut Dugdug Rempug.

Secara teknis, bambu memang memiliki usia pakai terbatas. Namun bagi warga Baduy, penggantian rutin juga memiliki makna sosial.

Jembatan tidak hanya dipandang sebagai sarana penghubung fisik, melainkan simbol persaudaraan dan ketaatan adat.

Setiap kali jembatan dibangun ulang, warga menegaskan kembali komitmen kebersamaan dan keseimbangan hidup yang diwariskan leluhur.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Asep Lembur Baduy (@aseplemburbaduy)

Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi

Dalam situasi ketika banyak pembangunan infrastruktur bergantung pada teknologi tinggi dan perencanaan teknis kompleks, cara warga Baduy membangun jembatan menghadirkan pelajaran tersendiri.

Sumber kekuatan konstruksi bukan hanya pada bahan, tetapi pada solidaritas dan kepercayaan antarwarga.

Bagi masyarakat Baduy, kekokohan jembatan bukan diukur dari kerasnya baja, melainkan dari kuatnya ikatan sosial di antara mereka.

Di atas aliran sungai Kanekes, jembatan itu berdiri. Sederhana, lentur, tidak megah—namun penuh makna: bahwa kebersamaan adalah struktur yang paling kokoh yang dimiliki manusia.***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Bullying di Indonesia: Saat Satu Nyawa Mengungkap Luka Nasional yang Lebih Dalam
Longsor Cilacap, Pelajaran Berharga Soal Literasi Kebencanaan
Sandiwara Keadilan: Refleksi Ironi Korup dalam Sistem Kekuasaan
Harga Diri dan Kebebasan dalam Kesendirian: Menyelami Kebijaksanaan Socrates
Ketika Kota Bicara Lewat Gunungan Sampah
COP 30 dan Desa: Antara Komitmen Global dan Realitas di Tapak
Jeritan yang Tak Didengar: Membaca Ulang Tragedi SMAN 72
Gotong Royong Digital: Mahkota Kebaikan dan Ancaman di Baliknya

Berita Terkait

Minggu, 16 November 2025 - 14:39 WIB

Bullying di Indonesia: Saat Satu Nyawa Mengungkap Luka Nasional yang Lebih Dalam

Minggu, 16 November 2025 - 14:13 WIB

Longsor Cilacap, Pelajaran Berharga Soal Literasi Kebencanaan

Minggu, 16 November 2025 - 10:12 WIB

Sandiwara Keadilan: Refleksi Ironi Korup dalam Sistem Kekuasaan

Minggu, 16 November 2025 - 08:58 WIB

Harga Diri dan Kebebasan dalam Kesendirian: Menyelami Kebijaksanaan Socrates

Minggu, 16 November 2025 - 08:49 WIB

Ketika Kota Bicara Lewat Gunungan Sampah

Berita Terbaru

Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Perubahan Iklim, Haruni Krisnawati (tampak dalam layar) memberikan pemaparan terkait pasar karbon dalam Sidang CMA7 COP30 di Belém, Brasil. (Antara/HO/Kementerian Kehutanan)

Ekonomi

Indonesia Dorong Aturan Pasar Karbon yang Lebih Adil di COP30

Minggu, 16 Nov 2025 - 18:15 WIB