Jakarta, Mevin.ID – Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa patah hati tidak hanya berdampak pada kondisi emosional, tetapi juga bisa berakibat fatal secara fisik. Fenomena ini dikenal secara medis sebagai kardiomiopati Takotsubo, atau lebih populer dengan istilah “sindrom patah hati”.
Dilansir dari Hindustan Times, Minggu (18/5/2025), penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Health menunjukkan bahwa pria dua kali lebih berisiko meninggal akibat sindrom patah hati dibandingkan wanita.
Para peneliti menganalisis data dari lebih dari 200.000 pasien dewasa di Amerika Serikat antara tahun 2016 hingga 2020. Meskipun mayoritas penderita adalah wanita, tingkat kematian tertinggi justru ditemukan pada pria, dengan angka mencapai 11,2 persen, dibandingkan hanya 5,6 persen pada wanita.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sindrom ini dipicu oleh stres emosional ekstrem seperti putus cinta, kehilangan orang tercinta, atau trauma emosional lainnya. Gejalanya menyerupai serangan jantung, termasuk nyeri dada dan sesak napas. Namun berbeda dari serangan jantung akibat penyumbatan pembuluh darah, sindrom patah hati disebabkan oleh respons jantung terhadap lonjakan hormon stres yang mendadak.
Peneliti juga mencatat bahwa pria lebih rentan meninggal karena sindrom ini karena umumnya dipicu oleh stres fisik, seperti penyakit serius, cedera berat, atau tindakan medis invasif, yang menyebabkan komplikasi seperti gagal jantung kongestif dan aritmia.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya menjaga kesehatan mental dan emosional sebagai bagian integral dari pencegahan penyakit jantung. “Kesejahteraan emosional bukan hanya soal mental, tapi juga soal menyelamatkan jantung Anda,” tulis para peneliti.
Studi ini menjadi pengingat bahwa patah hati bukan hanya ungkapan kiasan, tetapi bisa berdampak nyata, bahkan mematikan – terutama bagi kaum pria.***