Surakarta, Mevin.ID — Suasana tenang di kawasan Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, Jumat (17/10/2025) pagi, berubah menjadi duka mendalam. Seorang mahasiswi berinisial AP ditemukan dalam kondisi kritis setelah terjun dari lantai lima gedung kampusnya.
Kapolsek Kartasura, AKP Tugiyo, menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi sekitar pukul 10.00 WIB saat kampus relatif sepi. AP melompat dari rooftop menggunakan kursi berwarna hitam. “Tidak ada tanda-tanda kekerasan. Ini murni aksi bunuh diri,” ujarnya.
Tubuh AP sempat menghantam sebuah mobil sebelum jatuh ke aspal. Petugas keamanan kampus segera memberikan pertolongan dan membawanya ke Rumah Sakit UNS.
Namun, sekitar 30 menit kemudian, nyawanya tak tertolong. Luka parah di bagian kaki, pinggul, dan leher menjadi penyebab utama kematiannya.
Sunyi dalam Buletin Kampus
Sebelum peristiwa tragis itu, AP sempat menulis curahan hati dalam sebuah buletin kampus yang diterbitkan oleh forum diskusi mahasiswa. Tulisan itu diberi judul “Kesunyian di Tengah Malam” — sebuah kalimat yang kini terasa begitu pilu.
Dalam tulisannya, AP bercerita tentang pergulatannya melawan badai dalam pikiran. Ia menulis, “Kondisiku kurang baik, bisa dibilang tidak baik. Aku berjuang menghadapi mentalku yang bergejolak terlalu kencang, walau sudah meminum obat sehari enam kapsul.”
Ia juga mengaku mengalami gangguan tidur dan kelelahan mental yang terus menghantuinya. Berdasarkan keterangan teman-temannya, AP diketahui memiliki riwayat gangguan bipolar dan sebelumnya pernah melakukan percobaan serupa yang berhasil digagalkan.
Luka Sunyi Gen Z
Tragedi ini bukan sekadar kisah satu orang. Ia adalah potret nyata dari luka sunyi yang sering tak terdengar — terutama di kalangan mahasiswa dan generasi muda.
Tekanan akademik, kesepian, stigma terhadap penyakit mental, serta minimnya ruang aman untuk berbagi, sering kali menjadi jerat senyap yang membunuh pelan-pelan.
AP menuliskan perasaannya dalam sebuah buletin kampus, mungkin sebagai jeritan halus yang tidak semua orang sempat dengar.
@dnp._0895#fyp #uin #uinradenmassaidsurakarta
“Kadang orang yang paling sering tersenyum, adalah yang sedang menyimpan perang paling sunyi,” — kalimat anonim yang terasa relevan dalam peristiwa ini.
Ajakan: Dengarkan, Jangan Hakimi
Kasus ini kembali mengingatkan pentingnya ruang aman dan sistem pendampingan kesehatan mental di lingkungan kampus.
Mahasiswa tidak hanya membutuhkan ruang belajar, tapi juga ruang untuk “menjadi manusia” — dengan segala rapuhnya.
Bagi siapa pun yang sedang berada dalam situasi berat, Anda tidak sendiri. Bantuan dan pendampingan profesional tersedia dan sangat mungkin menyelamatkan hidup.***
Disclaimer
Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan tersebut.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Pembaca bisa menghubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454)





















