Riau, Mevin.ID – Duka mendalam menyelimuti keluarga Gimson Beni Butarbutar dan Siska Yusniati Sibarani. Putra sulung mereka, KB (8), siswa kelas 2 SD di Indragiri Hulu, Riau, meninggal dunia setelah diduga menjadi korban penganiayaan brutal oleh lima kakak kelasnya.
Ironisnya, dugaan motif perundungan yang memicu tragedi ini adalah perbedaan agama dan suku.
Sudah Lama Dibully
Dalam kesaksian penuh emosi, Gimson mengungkap bahwa anaknya sudah sering mengalami bullying di sekolah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dia sering diejek karena agamanya, karena sukunya,” ujar Gimson, Selasa (27/5/2025).
Namun karena masih dianggap biasa sebagai ‘kenakalan anak-anak’, ia tak menyangka akan berujung tragis.
Puncaknya terjadi saat KB pulang lebih awal dari sekolah dalam keadaan lemas. Ban sepedanya dikempeskan oleh kakak kelas.
Ia sempat berbohong kepada ayahnya, mengaku pulang cepat karena ada acara sekolah. Namun sang ibu menyebut anak mereka pulang karena sakit dan sudah minta izin.
Pengakuan Mengejutkan
Rasa penasaran Gimson membawa dirinya ke rumah salah satu teman anaknya, Rio. Di sanalah ia mendengar kabar memilukan. “Om, KB kemarin dipukul lima orang kakak kelas,” kata Rio dengan polos.
Gimson tak tinggal diam. Ia menghubungi wali kelas dan meminta kejelasan. Namun, janji untuk mempertemukan para pelaku dengan orang tua korban tak ditepati.
Gimson akhirnya mendatangi sekolah dan bertemu salah satu pelaku, DR. Namun DR menyangkal memukul perut KB. Ia menyebut siswa lain, HM, sebagai pelaku.
Konfrontasi pun berlanjut. Saat Gimson menemui keluarga HM, pihak orang tua pelaku justru menolak tuduhan.
Bahkan disebut ada pelaku lain yang turut serta. Nama-nama pelaku akhirnya mulai terungkap: HM (12), RK (13), MJ (11), DR (11), dan NN (13).
KB Semakin Melemah, Lalu Meninggal
Hari demi hari, kondisi KB kian memburuk. Ia mengalami demam tinggi, nyeri di pinggang dan perut bagian bawah yang tampak membengkak. Gimson membawa anaknya ke rumah sakit, namun hanya ada dokter umum.
KB sempat muntah lendir bercampur darah sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Pematang Reba. Di sana, kondisinya terus menurun — sesak napas, kejang-kejang, hingga akhirnya tak sadarkan diri.
Pukul 02.10 WIB, Senin (26/5/2025), KB dinyatakan meninggal dunia.
Jeritan di Samping Peti
Isak tangis tak terbendung saat peti jenazah KB tiba di rumah duka. Sang ayah menangis histeris di samping peti, memohon keadilan.
“Saya berharap polisi bisa tegas. Saya ingin keadilan ditegakkan untuk anak saya,” teriak Gimson sambil mengetuk peti sang anak. “Ini tidak adil! Ini tidak adil!”
Suasana pun berubah pilu. Para pelayat menangis, tak kuasa menahan emosi menyaksikan duka yang begitu dalam.
Bahkan setelah prosesi pemakaman, Gimson enggan meninggalkan makam putranya.
Ia terus duduk sambil memegang gundukan tanah merah, seakan tak rela melepas anak tercintanya pergi begitu saja.
Polisi Lakukan Penyelidikan
Kapolres Indragiri Hulu, AKBP Fahrian Saleh Siregar, menyatakan bahwa saat ini pihaknya masih menunggu hasil autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian korban.
Namun dari hasil awal ditemukan adanya luka lebam dan tanda kekerasan pada tubuh korban.
Kelima siswa yang diduga sebagai pelaku pemukulan telah diidentifikasi dan akan menjalani proses hukum sesuai peraturan yang berlaku, meski karena usia mereka, penanganan akan melibatkan perlindungan anak.***