Beijing, Mevin.ID – Panasnya tensi dagang antara dua raksasa ekonomi dunia kembali pecah! China resmi menaikkan tarif tambahan pada produk impor dari Amerika Serikat hingga 125 persen, mulai Sabtu (12/4/2025), sebagai respons atas kebijakan serupa dari pihak AS.
Keputusan ini diumumkan oleh Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China pada Jumat (11/4), menandai babak baru dalam ketegangan dagang yang tak kunjung reda antara Washington dan Beijing.
“Kebijakan tarif tinggi AS telah melanggar prinsip ekonomi dan perdagangan internasional, bertentangan dengan hukum ekonomi dasar dan akal sehat,” tegas pernyataan resmi komisi tersebut.
AS Dinilai Gunakan “Koersi Perdagangan”
Tak berhenti sampai situ, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China juga angkat bicara. Menurutnya, AS harus bertanggung jawab penuh atas “ulahnya”, yang dinilai menyebabkan kekacauan dalam pasar global dan merusak sistem perdagangan multilateral.
Meski AS sempat menunda tarif tinggi terhadap beberapa mitra dagang, langkah itu dinilai hanya “simbolis” dan tak cukup untuk meredam dampak nyata kebijakan sepihak mereka.
“Kebijakan ini bukan solusi. AS harus menghentikan praktik koersif dan membatalkan semua tarif sepihak yang ditujukan pada China,” tegas jubir tersebut.
Jika AS Maju Lagi, China Siap “Abaikan”
Dalam nada yang lebih tajam, Komisi Tarif China bahkan menyatakan, jika AS tetap ngotot menaikkan tarif lebih lanjut, maka China akan memilih mengabaikannya — karena tarif saat ini sudah membuat produk AS tidak masuk akal untuk diimpor.
“Jika AS tetap menyerang kepentingan kami secara serius, China akan membalas dengan tindakan tegas dan tidak akan mundur,” ungkap pernyataan resmi.
Namun demikian, Beijing masih membuka pintu dialog. China menekankan bahwa ancaman dan tekanan bukanlah pendekatan yang efektif untuk berhubungan dengan negaranya.
Dialog atau Drama? Dunia Menanti Babak Selanjutnya
Ketegangan tarif ini bisa berdampak luas, mulai dari naiknya harga produk, terganggunya rantai pasok global, hingga efek domino ke pasar negara-negara berkembang. Dunia kini menanti: apakah dua ekonomi terbesar dunia ini akan kembali ke meja perundingan atau saling lempar tarif lebih tinggi lag?***
Sumber Berita: Xinhua




















