Yerusalem, Mevin.ID – Dentuman yang mengguncang pagi Tel Aviv, Sabtu hingga Minggu (14–15 Juni 2025), bukan sekadar ledakan rudal—itu adalah gema dari konflik yang menjalar dari politik ke tragedi kemanusiaan.
Setidaknya 10 orang tewas dan lebih dari 140 lainnya terluka dalam dua hari serangan udara saling balas antara Iran dan Israel, yang kembali mempertegas bahwa di era modern ini, anak-anak pun tak luput dari menjadi angka dalam statistik perang.
Sirene, Reruntuhan, dan Jeritan Anak-anak
Pagi hari Minggu, sirene peringatan meraung di puluhan kota Israel. Warga berlarian menuju tempat perlindungan ketika rudal-rudal Iran menghantam kawasan pemukiman di Bat Yam dan Rehovot. Salah satu gedung apartemen runtuh total. Dua anak dilaporkan menjadi bagian dari enam korban tewas, sementara tujuh orang lainnya masih dinyatakan hilang.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Laporan militer Israel menyebutkan, sedikitnya 140 orang terluka, sebagian besar karena serpihan bangunan dan efek kejut dari ledakan.
Sementara itu, kampus Institut Weizmann juga terkena imbas, dengan sejumlah bangunan laboratorium rusak. Beruntung, tidak ada korban jiwa dari kalangan sivitas akademika.
Tiga Generasi yang Tewas Bersama di Tamra
Pada Sabtu malam, serangan rudal menghantam kota Tamra, sebuah kota mayoritas Arab di Israel utara. Satu keluarga—seorang ibu, dua putrinya, dan seorang kerabat—meninggal dunia di tempat. “Tidak tersisa apa pun kecuali abu dan boneka kecil,” ujar seorang tetangga kepada media lokal.
Kisah ini dengan cepat menjadi simbol dari korban sipil yang terjebak dalam siklus kekerasan tanpa ujung.
Israel Balas dengan Gelombang Serangan ke Teheran
Sebagai balasan, Israel meluncurkan gelombang serangan udara ke sejumlah wilayah di Iran, termasuk ibukota Teheran. Target utama adalah fasilitas penyimpanan rudal dan area yang diduga sebagai bagian dari program nuklir Iran. Beberapa tanki bahan bakar dan pusat komando dilaporkan hancur.
Tidak berhenti di situ, pada Minggu pagi, Israel mengeluarkan peringatan dalam bahasa Persia dan Arab untuk warga Iran agar mengungsi dari sekitar lokasi militer dan pabrik senjata.
“Berada di dekat fasilitas-fasilitas ini membahayakan nyawa Anda,” tegas juru bicara militer Israel, Avichay Adraee.
Korban Jiwa Membengkak di Iran
Iran menyatakan bahwa total korban tewas dari serangan Israel telah mencapai lebih dari 100 orang, termasuk 78 korban tewas pada Jumat dan puluhan lainnya pada Sabtu. Yang paling memilukan, setidaknya 29 anak-anak dilaporkan tewas.
Belum ada konfirmasi independen terkait jumlah ini, namun rumah sakit di Teheran dan Isfahan dikabarkan kewalahan menangani korban luka, dan listrik di beberapa wilayah sempat padam total akibat gempuran bom presisi.
Perang yang Tak Pernah Dinyatakan Tapi Terus Berlangsung
Konflik ini belum disebut sebagai “perang resmi” oleh kedua negara. Tapi kenyataan di lapangan membuktikan sebaliknya: saling serang, korban sipil, serangan drone, hingga evakuasi massal menunjukkan bahwa perang tidak selalu diawali deklarasi, tapi selalu menyisakan derita.
Titik Balik atau Awal dari Kehancuran?
Mata dunia tertuju pada Timur Tengah. Banyak pihak khawatir eskalasi ini akan menyeret lebih banyak negara, mengingat Iran merupakan kekuatan regional dengan aliansi yang luas, dan Israel memiliki kemampuan militer yang canggih—termasuk dugaan senjata nuklir.***