Tragedi Myanmar: Gempa Dahsyat Renggut 3.085 Nyawa, Upaya Penyelamatan Terkendala Perang

- Redaksi

Kamis, 3 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Warga mencari korban yang tertimbun reruntuhan bangunan setelah gempa kuat menerjang Myanmar pada 28 Maret 2025. (ANTARA/Anadolu/py)

Warga mencari korban yang tertimbun reruntuhan bangunan setelah gempa kuat menerjang Myanmar pada 28 Maret 2025. (ANTARA/Anadolu/py)

Myanmar, Mevin.ID –  Korban tewas akibat gempa bumi berkekuatan M 7,7 yang mengguncang negara itu pada 28 Maret telah menembus angka 3.085 orang, dengan ratusan lainnya masih hilang.

Junta militer Myanmar mengumumkan angka tersebut pada Kamis (3/4), enam hari setelah bencana mengguncang negeri itu.

Selain korban jiwa, sebanyak 341 orang masih dinyatakan hilang dan 4.715 orang terluka. Gempa besar ini menjadi yang paling dahsyat melanda Myanmar dalam lebih dari satu abad, merobohkan pagoda kuno, bangunan modern, serta menghantam kota besar seperti Mandalay dan ibu kota Naypyitaw.

Penyelamatan Dihambat Perang dan Infrastruktur Lumpuh

Tragedi ini semakin diperparah dengan kondisi yang memprihatinkan. Rumah sakit kewalahan menangani korban, sementara upaya penyelamatan terhambat oleh infrastruktur yang rusak dan perang saudara yang masih berkecamuk.

Kelompok pemberontak menuduh militer Myanmar tetap melakukan serangan udara meski negara itu baru saja dilanda bencana. Sebagai respons, aliansi pemberontak pada 1 April mengumumkan gencatan senjata sepihak untuk membantu operasi kemanusiaan.

Situasi yang semakin genting ini akhirnya mendorong junta militer Myanmar untuk mengumumkan gencatan senjata selama tiga minggu, dari 2 April hingga 22 April 2025, demi memperlancar bantuan bagi para korban.

Konvoi Bantuan Diserang, Myanmar di Ujung Krisis Kemanusiaan

Namun, ketegangan masih belum reda. Konvoi bantuan Palang Merah China dilaporkan diserang pada Selasa (1/4) malam, di tengah kampanye serangan udara militer terhadap kelompok pemberontak.

Junta militer memperingatkan pemberontak agar tidak mengganggu upaya bantuan, sementara kelompok-kelompok kemanusiaan terus menyuarakan keprihatinan terhadap kurangnya makanan, air bersih, dan sanitasi bagi para penyintas.

Dengan ribuan nyawa melayang dan rakyat Myanmar yang masih berjuang di tengah reruntuhan, dunia kini menanti: akankah tragedi ini menjadi awal dari perdamaian, atau justru memperburuk konflik berkepanjangan di Myanmar?***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Efek Domino Putusan MK: Ketua KPK hingga Kepala BNN Terkena Imbas
Larangan Polisi Rangkap Jabatan Sipil, Jimly: “Tak Ada Ruang untuk Tafsir”
Sebagian Besar dari 40 Masukan Publik untuk RUU KUHAP Diakomodasi Pemerintah dan DPR
Gerindra Pertimbangkan Penolakan Kader terhadap Rencana Masuknya Budi Arie
Roy Suryo dan dr Tifa Diperiksa 9 Jam, Jawab 377 Pertanyaan dalam Kasus Ijazah Palsu Jokowi
DPR–Pemerintah Sepakat Hapus Status Polri sebagai Penyidik Tertinggi dalam RKUHAP
Da’i Bachtiar: Ledakan di SMAN 72 Lebih Berbahaya dari Terorisme Konvensional
Yusril: Putusan MK Jadi Titik Balik Reformasi Kepolisian

Berita Terkait

Jumat, 14 November 2025 - 14:12 WIB

Efek Domino Putusan MK: Ketua KPK hingga Kepala BNN Terkena Imbas

Jumat, 14 November 2025 - 10:54 WIB

Sebagian Besar dari 40 Masukan Publik untuk RUU KUHAP Diakomodasi Pemerintah dan DPR

Jumat, 14 November 2025 - 10:44 WIB

Gerindra Pertimbangkan Penolakan Kader terhadap Rencana Masuknya Budi Arie

Jumat, 14 November 2025 - 09:52 WIB

Roy Suryo dan dr Tifa Diperiksa 9 Jam, Jawab 377 Pertanyaan dalam Kasus Ijazah Palsu Jokowi

Jumat, 14 November 2025 - 09:44 WIB

DPR–Pemerintah Sepakat Hapus Status Polri sebagai Penyidik Tertinggi dalam RKUHAP

Berita Terbaru

Kolom

Jeritan yang Tak Didengar: Membaca Ulang Tragedi SMAN 72

Jumat, 14 Nov 2025 - 15:36 WIB