Washington–Teheran, Mevin.ID — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa pasukan militer AS telah melakukan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Dalam pernyataannya di platform Truth Social dan pidato resmi di Ruang Oval, Trump menyebut operasi tersebut sebagai “serangan yang sangat berhasil”.
“Kami telah menghancurkan fasilitas pengayaan nuklir utama Iran. Ini adalah keberhasilan militer yang spektakuler,” ujar Trump. Ia juga memperingatkan Iran agar tidak melakukan pembalasan: “Ingat, masih banyak target yang tersisa.”
Serangan ini dilakukan di tengah memanasnya konflik antara Iran dan Israel yang telah berlangsung lebih dari sepekan. Sejak 13 Juni, kedua negara terlibat dalam pertempuran udara yang menewaskan lebih dari 400 warga Iran dan melukai lebih dari 3.000 lainnya, menurut otoritas Iran. Sementara itu, di pihak Israel, setidaknya 24 orang dilaporkan tewas akibat serangan balasan Iran.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Fasilitas Fordow, Natanz, dan Isfahan Jadi Sasaran
Badan Energi Atom Iran mengonfirmasi bahwa ketiga lokasi tersebut memang terkena serangan. Namun, menurut Mahdi Mohammadi—penasihat senior juru bicara parlemen Iran—fasilitas Fordow sebenarnya “sudah lama dievakuasi” dan tidak mengalami kerusakan permanen.
Sementara itu, survei awal terhadap sistem radiasi tidak menunjukkan adanya kebocoran atau bahaya radiasi bagi warga di sekitar lokasi.
Netanyahu Puji Langkah Trump
Dari Yerusalem, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut baik keputusan Trump yang bergabung dalam kampanye militer terhadap Iran. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai “keputusan berani” dan menegaskan bahwa Israel dan AS bertindak dalam “koordinasi penuh”.
Israel mengklaim serangannya bertujuan untuk menghentikan potensi Iran dalam mengembangkan senjata nuklir. Namun, Iran bersikeras bahwa program nuklirnya sepenuhnya bersifat damai.
Diplomasi Gagal, Perang Membara
Upaya diplomatik dari negara-negara Eropa dan Barat untuk meredam ketegangan sejauh ini gagal membuahkan hasil. Presiden Trump dalam pidatonya menyerukan perdamaian, namun tetap menegaskan kesiapan AS untuk melakukan serangan lanjutan jika Iran membalas.
“Sekarang waktunya untuk perdamaian,” kata Trump. “Masa depan Iran adalah pilihan antara perdamaian atau tragedi.”
Apa Selanjutnya?
Ketegangan geopolitik kini berada di titik paling genting dalam dua dekade terakhir. Banyak pihak khawatir bahwa keterlibatan langsung AS akan mengubah konflik terbatas menjadi perang regional skala penuh.
Pertanyaan penting kini mengemuka: Akankah Iran membalas? Dan apakah dunia berada di ambang perang besar baru di Timur Tengah?***
Sumber Berita: Aljazeera