Jakarta, Mevin.ID – Berat tubuhnya hanya 11 kilogram di usia tujuh tahun. Kepalanya tampak lebih kecil dari anak-anak seusianya. Bahu kanannya patah hingga tulangnya menonjol keluar. Di wajah dan telinganya, bekas luka bakar menjalar seolah menceritakan kekejaman yang tak sanggup diungkap kata-kata.
Bocah berinisial M (7) kini terbaring lemah di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Polri, Jakarta. Ia ditemukan warga dalam kondisi mengenaskan di area Pasar Kebayoran Lama, diduga menjadi korban kekerasan berat oleh orang tuanya sendiri.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, datang menjenguk langsung M pada Sabtu (14/6). Matanya terlihat berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sungguh sulit membayangkan anak seusia itu mengalami kekerasan seberat ini,” kata Arifah, usai keluar dari ruang perawatan. “Kami pastikan, anak ini dirawat, dipulihkan, dan pelakunya ditindak tegas.”
Luka di Tubuh, Luka di Jiwa
Tim medis mencatat kondisi M sangat memprihatinkan. Selain tulang bahu yang patah, ditemukan luka terbuka di bagian dagu hingga membentuk lubang. Luka bakar di seluruh wajah dan telinganya menunjukkan bahwa penderitaan yang ia alami bukan baru terjadi sehari dua hari.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) kini bekerja sama dengan RS Polri, Subdit Anak Bareskrim Polri, dan UPTD PPA DKI Jakarta untuk memastikan pemulihan medis dan psikologis M berjalan berkesinambungan.
“Saat ini, korban belum bisa memberi keterangan secara jelas karena trauma dan kondisi fisiknya. Tapi kami tidak akan berhenti sampai pelaku tertangkap dan dihukum setimpal,” kata Arifah.
Jejak Kekerasan yang Lama Tak Terdeteksi
Kisah M adalah pengingat pahit bahwa masih banyak anak di negeri ini yang hidup dalam bayang-bayang kekerasan—bahkan di rumahnya sendiri. Berat badan M yang jauh di bawah normal dan bentuk fisiknya yang tidak proporsional diduga akibat kekerasan sistematis dalam waktu lama.
Pemerintah juga tengah berupaya menelusuri keberadaan keluarga M, mengingat hingga kini belum ada keterangan resmi mengenai siapa orang tua kandungnya, dan di mana mereka berada.
Seruan Perlindungan Anak yang Nyata
Kisah tragis ini menjadi alarm keras bahwa sistem perlindungan anak kita masih memiliki celah besar. Arifah menegaskan negara akan hadir sepenuhnya untuk memulihkan kondisi M dan memastikan kasus ini menjadi momentum penegakan hukum dan perbaikan sistem perlindungan anak di Indonesia.
“Tidak ada alasan apa pun yang membenarkan kekerasan terhadap anak. Anak berhak hidup aman, sehat, dan dicintai,” tegas Arifah.
M kini berjuang di atas ranjang rumah sakit, ditemani alat bantu medis dan perhatian para perawat. Di balik tubuh kecil dan luka-luka itu, tersimpan harapan agar suatu hari ia bisa kembali tersenyum—di dunia yang lebih ramah bagi anak-anak.***