Tumpukan Uang, Tumpukan Luka: Saat Korupsi Dipertontonkan di Tengah Luka Rakyat

- Redaksi

Jumat, 20 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kejaksaan Agung (Kejagung) menyita Rp11.880.351.802.619, dari lima terdakwa korporasi dalam Wilmar Group terkait kasus korupsi ekspor crude palm oil (CPO).

Kejaksaan Agung (Kejagung) menyita Rp11.880.351.802.619, dari lima terdakwa korporasi dalam Wilmar Group terkait kasus korupsi ekspor crude palm oil (CPO).

HARI-HARI belakangan, rakyat Indonesia dipaksa menyaksikan ironi yang menyakitkan: tayangan berita tentang tumpukan uang miliaran rupiah dari hasil korupsi, bersanding dengan kenyataan hidup mereka yang masih terseok-seok sejak pandemi.

Visual koper, kardus, bahkan lemari yang penuh dengan uang sitaan dari tangan para pejabat—terlihat jelas di layar televisi, media sosial, dan halaman utama berita daring.

Dan saat rakyat sedang berjibaku bertahan hidup, gambar-gambar itu bukan sekadar fakta hukum. Ia adalah penghinaan yang disiarkan ulang setiap hari.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Korupsi yang Diperlihatkan, Luka yang Diingatkan

Tak ada yang salah dengan transparansi aparat penegak hukum. Bahkan, publik berterima kasih pada mereka yang berani mengungkap dan menyeret koruptor ke meja hijau.

Namun di sisi lain, ekspos besar-besaran pada wajah rakus para pejabat ini juga menjadi alarm: bahwa sistem kita masih bocor, dan kepercayaan rakyat sedang berada di titik nadir.

Rakyat tidak marah hanya karena pelaku korupsi mengambil uang negara. Mereka marah karena uang itu adalah uang rakyat—yang seharusnya untuk bantuan UMKM, subsidi kesehatan, pemulihan pendidikan, dan penyelamatan ekonomi pasca-pandemi.

Di saat rakyat menunggu bantuan modal Rp2 juta, yang ditampilkan justru korupsi Rp200 miliar.

Di saat pedagang kecil menjerit karena omset anjlok, justru pejabat berpesta proyek fiktif.

Di saat anak-anak putus sekolah karena biaya, justru ada elite yang menyembunyikan uang tunai dalam kontainer.

Ironi ini terlalu nyata untuk diabaikan.

Rakyat yang Sudah Lelah Bersabar

Sejak pandemi 2021, jutaan rakyat kehilangan pekerjaan, usaha gulung tikar, cicilan menumpuk, dan daya beli terus tergerus. Mereka disuruh bersabar. Dan mereka memang bersabar.

Tapi kesabaran itu kini digerus oleh tayangan demi tayangan tentang rakusnya sebagian pejabat yang tak tahu malu.

Lebih menyakitkan lagi, sebagian besar korupsi terjadi di sektor-sektor yang menyentuh hidup rakyat paling dalam: kesehatan, pendidikan, bantuan sosial, bahkan anggaran kebencanaan.

Mereka bukan hanya koruptor. Mereka adalah pengkhianat kepedulian.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Pertama, rakyat perlu tetap bersuara. Jangan biarkan kemarahan memudar karena terbiasa.

Kedua, penegak hukum harus terus bekerja—dan melangkah lebih berani ke level yang lebih tinggi.

Ketiga, pemimpin negara harus paham: tidak cukup sekadar menangkap. Harus ada pembenahan sistemik. Tanpa itu, pemberantasan korupsi hanya jadi pertunjukan periodik, bukan perubahan sejati.

Jangan Biarkan Luka Ini Jadi Biasa

Di negeri ini, luka seringkali dianggap wajar. Tapi luka karena pengkhianatan tidak boleh dilupakan. Karena setiap uang yang dikorupsi adalah mimpi yang dirampas. Setiap tumpukan rupiah yang disita adalah bukti tumpukan luka yang dipikul rakyat kecil.

Tugas kita bukan hanya menyaksikan. Tugas kita adalah memastikan bahwa tak ada lagi pejabat yang bisa tidur di atas jeritan rakyatnya.

“Suara untuk Mereka yang Tak Disuarakan”

Penulis : Bar Bernad

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sendiri, Tapi Tidak Sepi: Meresapi Kesendirian Lewat Kacamata Stoik
Matahari Juga Bersinar untuk Orang Jahat: Pelajaran Tenang dari Seneca
Seneca dan Seni Menghadapi Cobaan: Keteguhan dalam Pandangan Stoik
Dialog Batin — Episode 2: Tuhan yang Jauh Padahal Dekat
Koperasi sebagai Ketidaktahuan yang Disengaja: Meninjau Kegagalan Epistemik Dunia Pendidikan terhadap Demokrasi Ekonomi
Dialog Batin – Episode 1 : “Jalan Pulang Tak Selalu Lewat Masjid”
Beragama di Tengah Ketakutan: Pelajaran dari Dudung dan Kiai Asep
“Cicak di Dinding”: Hikmah Rejeki dari Dinding Masa Kecil Kita

Berita Terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 21:15 WIB

Sendiri, Tapi Tidak Sepi: Meresapi Kesendirian Lewat Kacamata Stoik

Sabtu, 5 Juli 2025 - 20:43 WIB

Matahari Juga Bersinar untuk Orang Jahat: Pelajaran Tenang dari Seneca

Jumat, 4 Juli 2025 - 22:35 WIB

Seneca dan Seni Menghadapi Cobaan: Keteguhan dalam Pandangan Stoik

Kamis, 3 Juli 2025 - 13:22 WIB

Dialog Batin — Episode 2: Tuhan yang Jauh Padahal Dekat

Kamis, 3 Juli 2025 - 09:16 WIB

Koperasi sebagai Ketidaktahuan yang Disengaja: Meninjau Kegagalan Epistemik Dunia Pendidikan terhadap Demokrasi Ekonomi

Berita Terbaru