Bandung, Mevin.ID – Sebuah momen tak terduga di ajang Pocari Sweat Run 2025 Bandung akhir pekan lalu memantik perbincangan hangat di media sosial. Salah satu komunitas pelari lokal, Freerunners Bandung, kedapatan membagikan bir gratis kepada peserta lomba di area cheering zone—dan langsung menuai kontroversi.
Video pembagian bir itu pertama kali viral lewat akun Instagram @aishamaharani, menampilkan suasana ramai di Jalan Merdeka, salah satu titik semangat acara yang seharusnya penuh dukungan sehat. Tak sedikit warganet yang menyambut dengan tawa, tapi banyak pula yang menganggap aksi itu menabrak norma lokal.
Menanggapi kritik dan sorotan publik, Freerunners Bandung segera mengunggah permintaan maaf terbuka di akun Instagram mereka, Selasa (22/7/2025).
@shbpeople Pocari swet run 2025 Bandung #bandung running #kotabandung
“Kami dengan rendah hati memohon maaf pada seluruh pihak atas kegaduhan yang saat ini terjadi,” tulis mereka.
Dalam klarifikasinya, komunitas tersebut mengakui bahwa penyediaan bir dalam acara lari tersebut adalah bagian dari kolaborasi resmi bersama pihak Pace n Place, bukan keputusan sepihak. Meski demikian, mereka mengakui kurangnya kepekaan terhadap budaya dan norma lokal yang berlaku.
“Kami menyadari bahwa penyediaan bir tidak sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai budaya lokal. Kami akan melakukan evaluasi menyeluruh agar ke depan lebih inklusif dan relevan.”
Farhan: Tak Bisa Ditindak, Tapi Sudah Kena Sanksi Sosial
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, ikut angkat bicara. Ia menyebut pemerintah tidak memiliki wewenang langsung untuk menindak komunitas seperti Freerunners. Namun, ia menganggap sanksi sosial yang muncul dari masyarakat di media sosial sudah cukup berbicara.
“Kalau urusan komunitas, selesaikan secara komunitas. Saya lihat tidak ada dampak keamanan dari kejadian itu,” ujar Farhan di Balai Kota Bandung, Selasa siang.
Farhan menambahkan bahwa pada hari H pelaksanaan, fokus pemerintah lebih tertuju pada kelancaran lalu lintas karena kemacetan di beberapa titik.
“Saya lebih pusing mikirin macet daripada bir. Tapi nanti kita lihat-lah, saya kenal juga beberapa teman-teman komunitas lari,” selorohnya.
Bisa Jadi Pelajaran untuk Semua Event ke Depan
Insiden ini menjadi pelajaran penting tentang sensitivitas sosial dalam merancang aktivitas publik, bahkan untuk hal yang terlihat ‘santai’ sekalipun. Terlebih di kota seperti Bandung yang dikenal ramah, kreatif, tapi tetap menjunjung nilai budaya lokal.
Freerunners menegaskan bahwa pembagian bir dilakukan sukarela, disertai penjelasan verbal dan visual tentang isi minuman yang dibagikan. Meski begitu, mereka berkomitmen untuk lebih berhati-hati ke depannya.
“Kami berkomitmen untuk perbaikan agar kegiatan ke depan sesuai norma dan budaya yang berlaku. Sekali lagi, kami mohon maaf,” tutup pernyataan mereka.***





















