Wacana “Barak Militer” untuk Siswa Nakal Dikritik: MAARIF Institute Sebut Ini Militerisasi Pendidikan

- Redaksi

Sabtu, 10 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi berbincang dengan siswa saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Bandung, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (Tim Media KDM)

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi berbincang dengan siswa saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Bandung, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (Tim Media KDM)

Jakarta, Mevin.ID — Rencana Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk mengirim siswa-siswa yang dianggap “berperilaku menyimpang” ke barak militer memicu kritik tajam. MAARIF Institute menyebut kebijakan ini sebagai bentuk militerisasi dunia pendidikan yang keliru dan membahayakan.

Dalam pernyataan sikapnya, lembaga yang fokus pada kebudayaan dan kemanusiaan itu menilai bahwa model pembinaan berbasis militer tidak hanya bertentangan dengan prinsip-prinsip pendidikan nasional, tetapi juga berpotensi melanggar hak-hak anak.

“Kebijakan ini menghapus ruang dialog dalam pendidikan dan menggantinya dengan intimidasi. Ini bukan pembinaan, melainkan represi,” kata Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Andar Nubowo.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari Tawuran hingga LGBT: Siapa yang Akan Dikirim ke Barak?

Menurut rencana yang sempat diterapkan di Purwakarta dan kini ingin diperluas ke Bandung serta Cianjur, para siswa yang terlibat tawuran, merokok, mabuk-mabukan, hingga memiliki orientasi seksual “yang terindikasi LGBT” akan dikirim ke barak militer untuk “dibina”.

MAARIF Institute menilai, kebijakan ini membuka ruang bagi stigmatisasi dan diskriminasi terhadap siswa, serta melanggengkan pendekatan kekuasaan dalam sistem pendidikan.

“Militerisasi pendidikan adalah bentuk kekerasan simbolik,” tulis mereka, merujuk pada teori Bourdieu & Passeron yang menyebut bahwa kekuasaan dapat ditanamkan secara tak kasat mata melalui sistem pendidikan yang represif.

Risiko Gangguan Psikologis dan Pelanggaran Konstitusi

Di tengah meningkatnya krisis kesehatan mental remaja, pendekatan berbasis hukuman justru memperbesar risiko trauma. Data WHO menyebutkan 14% anak dan remaja dunia menghadapi masalah psikologis, dan di Indonesia satu dari tiga remaja mengalami gangguan serupa.

Alih-alih memulihkan, pendekatan barak militer justru dikhawatirkan memperparah kondisi siswa secara mental dan sosial.

Tak hanya itu, kebijakan ini juga dinilai bertentangan dengan UU Perlindungan Anak dan Pasal 28I UUD 1945, yang menjamin perlakuan non-diskriminatif dan lingkungan yang aman bagi setiap anak.

Berlawanan dengan Arah Reformasi Pendidikan Nasional

Saat pemerintah pusat tengah mendorong pendidikan yang “mindful, meaningful, dan joyful”, kebijakan di Jawa Barat justru dinilai berjalan ke arah sebaliknya.

“Pendidikan yang bermutu bukan tentang hukuman fisik atau pemaksaan disiplin. Ia tumbuh dari dialog, empati, dan refleksi,” tegas MAARIF Institute.

Mereka juga menyoroti pelanggaran terhadap Permendikbudristek No.46 Tahun 2023 tentang pencegahan kekerasan di satuan pendidikan.

Masyarakat Diminta Menolak Normalisasi Kekerasan

Dalam pernyataan akhirnya, MAARIF Institute mendesak agar pemerintah daerah membatalkan rencana ini, dan mengajak masyarakat sipil, komunitas pendidik, hingga organisasi keagamaan progresif untuk bersuara menolak normalisasi kekerasan atas nama pembinaan moral.

“Kita harus berhenti menyalahkan siswa dan mulai mengevaluasi sistem. Ketimpangan sosial, kurikulum yang tak kontekstual, dan lemahnya hubungan guru-siswa adalah faktor yang perlu ditangani,” ujar MAARIF Institute.

Lembaga ini juga menyerukan agar Komnas HAM, KPAI, dan kementerian terkait turun tangan melakukan pemantauan dan asesmen terhadap kebijakan ini.

“Pendidikan sejati adalah yang memanusiakan manusia, bukan yang menundukkan dengan ketakutan.” — MAARIF Institute***

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ketua Projo Jabar Kecam Framing Jahat Terhadap Menkominfo Budi Arie Terkait Judi Online
Ketua Projo Banten Desak Hentikan Tuduhan Tak Berdasar terhadap Budi Arie dalam Kasus Judi Online
JPPI Desak Gubernur Jabar Segera Lunasi Tebusan Ijazah Rp1,3 Triliun: 335 Ribu Siswa Terancam Putus Sekolah
Ribuan Massa Gelar Aksi Bela Palestina di Monas, Serukan Penghentian Genosida di Gaza
Nama Budi Arie Disebut dalam Dakwaan Kasus Judi Online, Sekjen Projo Minta Hentikan Framing Jahat
Jabar Tertib: Pemprov Gandeng Polda, Berlakukan Jam Malam untuk Pelajar dan Perketat Pengawasan
Siswa Sekolah Auliya Galang Rp1 Miliar untuk Bangun Sekolah di Gaza: Bukti Nyata Kepedulian Anak Bangsa
Tujuh Negara Eropa Bersatu Kecam Aksi Brutal Israel di Gaza: “Kami Tidak Akan Diam”

Berita Terkait

Minggu, 18 Mei 2025 - 20:53 WIB

Ketua Projo Jabar Kecam Framing Jahat Terhadap Menkominfo Budi Arie Terkait Judi Online

Minggu, 18 Mei 2025 - 16:13 WIB

Ketua Projo Banten Desak Hentikan Tuduhan Tak Berdasar terhadap Budi Arie dalam Kasus Judi Online

Minggu, 18 Mei 2025 - 16:09 WIB

JPPI Desak Gubernur Jabar Segera Lunasi Tebusan Ijazah Rp1,3 Triliun: 335 Ribu Siswa Terancam Putus Sekolah

Minggu, 18 Mei 2025 - 16:05 WIB

Ribuan Massa Gelar Aksi Bela Palestina di Monas, Serukan Penghentian Genosida di Gaza

Minggu, 18 Mei 2025 - 13:30 WIB

Nama Budi Arie Disebut dalam Dakwaan Kasus Judi Online, Sekjen Projo Minta Hentikan Framing Jahat

Berita Terbaru