Jakarta, Mevin.ID – Eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang memuncak sejak serangan udara Israel ke Teheran pada Jumat (13/6/2025) berdampak langsung pada puluhan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tengah melakukan perjalanan singkat ke kawasan Timur Tengah.
Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan bahwa 52 WNI tertahan di tiga negara: 42 orang di Israel, 8 jamaah haji di Yordania, dan 2 peziarah di Teheran, Iran. Mereka terjebak setelah wilayah udara ditutup dan sejumlah penerbangan dihentikan akibat konflik bersenjata dan saling tembak rudal antara kedua negara yang berseteru.
“Para WNI tersebut terdampar karena tutupnya wilayah udara dan terhentinya penerbangan. Mereka kini dibantu oleh KBRI Amman dan KBRI Teheran,” kata Judha Nugraha, Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI, dalam pernyataan resmi, Senin malam (16/6).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Judha menegaskan bahwa seluruh WNI dalam kondisi aman dan tidak ada laporan korban jiwa sejauh ini. Pemerintah Indonesia, melalui perwakilan diplomatiknya di kawasan, terus memantau kondisi dan berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk memastikan keselamatan warga.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Sugiono menyerukan agar semua pihak menahan diri dan segera menghentikan konflik yang bisa berdampak luas secara regional.
“Saya berharap ketegangan ini bisa segera selesai dan masing-masing pihak bisa menahan diri. Stabilitas kawasan harus menjadi prioritas bersama,” ujar Menlu Sugiono.
Konflik memanas setelah Israel melakukan serangan udara ke fasilitas militer dan nuklir Iran pada Jumat (13/6), memicu respons keras dari Teheran. Iran menyebut tindakan Israel sebagai pemicu konfrontasi terbesar dalam sejarah permusuhan mereka.
“Kami Tak Menyangka Ini Akan Terjadi”
Salah satu WNI yang tertahan di Amman, Yordania, dalam pesan singkat kepada keluarganya di Jakarta, mengatakan bahwa mereka “hanya ingin segera pulang.” Rombongan jamaah haji tersebut dijadwalkan kembali ke Indonesia minggu ini, namun penerbangan mereka dibatalkan secara tiba-tiba.
Pemerintah Indonesia melalui Kemlu telah menyiapkan sejumlah skema pemulangan darurat, namun proses tersebut masih bergantung pada situasi keamanan dan akses penerbangan internasional yang sangat terbatas saat ini.***