YouTube Perketat Monetisasi: Konten Kamu Bisa Kena ‘Blacklist’ Jika Tak Otentik

- Redaksi

Rabu, 16 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, Mevin.ID – Mulai Selasa, 15 Juli 2025, YouTube resmi memperketat syarat monetisasi untuk para kreator. Tak semua video kini bisa menghasilkan uang, terutama yang dianggap tidak orisinal atau dibuat secara massal. Bagi kreator yang menggantungkan hidup dari AdSense, ini bisa jadi momen “awas, jangan asal reupload!”

Lewat pengumuman resminya, YouTube menyatakan akan lebih tegas menyaring konten yang diproduksi berulang dan tidak otentik. Ini termasuk video yang hanya berisi slideshow, narasi seadanya, atau modifikasi musik yang masih terlalu mirip dengan lagu aslinya.

“YouTube akan memperbarui pedoman untuk lebih baik mengidentifikasi konten yang diproduksi massal dan berulang,” tulis pihak YouTube dalam laman resminya.

Kebijakan ini sebenarnya bukan hal baru. Rene Ritchie, Head of Editorial & Creator Liaison YouTube, menyebut langkah ini sebagai “minor update” dari YouTube Partner Program (YPP). Namun, efeknya bisa sangat terasa bagi para kreator yang selama ini bermain di zona abu-abu.

“Konten jenis ini sudah tidak memenuhi syarat monetisasi selama bertahun-tahun. Tapi sekarang kami akan lebih tegas dalam pendeteksiannya,” jelas Ritchie.

Video-Video Ini Tidak Bisa Dimonetisasi Lagi

Berikut beberapa jenis konten yang terancam tidak bisa lagi menghasilkan uang:

  1. Menggunakan materi milik orang lain tanpa izin, seperti potongan artikel berita, tanpa nilai tambah yang signifikan.
  2. Lagu yang dimodifikasi, tapi nadanya masih mirip dengan versi asli.
  3. Video berulang dengan nilai edukasi minim, komentar singkat, atau variasi konten yang sangat sedikit.
  4. Slideshow gambar atau teks yang hanya digulirkan, tanpa narasi yang bermakna.

Tenggat Waktu: 15 Agustus 2025

YouTube memberi waktu hingga 15 Agustus 2025 bagi kreator yang terdampak untuk menyesuaikan kontennya. Setelah tanggal itu, video-video yang masuk kategori “tidak otentik” akan otomatis kehilangan hak monetisasi.

Apa Artinya untuk Kreator Lokal?

Bagi kreator Indonesia, ini jadi sinyal penting: era konten instan dan tempelan sudah lewat. YouTube kini mengutamakan karya orisinal, insight personal, dan konten dengan nilai tambah. Bukan sekadar reupload atau tempelan narasi generik di atas gambar-gambar gratisan.

“Bikin konten sekarang bukan cuma soal cepat tayang, tapi juga otentik dan punya kepribadian,” tulis salah satu kreator lokal di forum komunitas.***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sertifikasi Konten: Menimbang Ijazah Influencer Tiongkok dan Debat Kebebasan Berekspresi Indonesia
Warga RI Habiskan 21 Jam per Minggu di Media Sosial, Terbanyak di Dunia
Bahasa, Budaya, dan Realitas Virtual: Eksperimen Pendidikan Global dari UNJ
Viral Aksi Perundungan Siswa SMPN 1 Tambun Selatan, Kasus Dilaporkan ke Polisi
TikTok Guyur Kreator dengan Bagi Hasil 90 Persen, Tertinggi di Dunia Media Sosial
Komdigi Wacanakan Balik Nama HP Bekas, Mirip Transaksi Motor
Pemerintah Bekukan Izin TikTok, Ini Alasannya
TikTok Hormati Keputusan Komdigi Soal Pembekuan TDPSE

Berita Terkait

Jumat, 14 November 2025 - 12:52 WIB

Sertifikasi Konten: Menimbang Ijazah Influencer Tiongkok dan Debat Kebebasan Berekspresi Indonesia

Kamis, 13 November 2025 - 21:25 WIB

Warga RI Habiskan 21 Jam per Minggu di Media Sosial, Terbanyak di Dunia

Rabu, 12 November 2025 - 09:46 WIB

Bahasa, Budaya, dan Realitas Virtual: Eksperimen Pendidikan Global dari UNJ

Rabu, 15 Oktober 2025 - 21:22 WIB

Viral Aksi Perundungan Siswa SMPN 1 Tambun Selatan, Kasus Dilaporkan ke Polisi

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 20:01 WIB

TikTok Guyur Kreator dengan Bagi Hasil 90 Persen, Tertinggi di Dunia Media Sosial

Berita Terbaru