Zeno dari Citium: Di Era Ramai Bicara, Bijaklah untuk Lebih Banyak Mendengarkan

- Redaksi

Jumat, 16 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Patung Epictetus, seorang filsuf Yunani Stoic yang punya pandangan hidup stoisisme, di Roma, Italia. Luc Emergo/Shutterstock

Patung Epictetus, seorang filsuf Yunani Stoic yang punya pandangan hidup stoisisme, di Roma, Italia. Luc Emergo/Shutterstock

DI TENGAH  gempuran notifikasi dan opini tanpa henti di media sosial, kita seolah terjebak dalam budaya bicara tanpa jeda.

Namun, ribuan tahun sebelum era digital, Zeno dari Citium—filsuf pendiri aliran Stoikisme—sudah memberi petuah sederhana yang kini terasa lebih relevan dari sebelumnya: “Kita memiliki dua telinga dan satu mulut, maka kita harus lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.”

Petuah ini bukan sekadar nasihat kuno, tapi cerminan dari kebijaksanaan Stoik yang menekankan pengendalian diri, ketenangan pikiran, dan hidup selaras dengan alam.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bagi Zeno, mendengarkan adalah bentuk keutamaan; jalan menuju pemahaman yang lebih dalam, bukan hanya tentang orang lain, tapi juga tentang diri sendiri.

Siapa Zeno dari Citium?

Zeno hidup pada abad ke-3 SM. Setelah kehilangan seluruh hartanya karena kapal karam, ia memulai perjalanan filsafatnya di Athena. Di sanalah ia merumuskan Stoikisme—ajaran yang menekankan bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada hal eksternal, melainkan berasal dari kebajikan, nalar, dan ketenangan batin.

Mendengarkan: Keterampilan yang Terlupakan

Menurut Dr. Maria Anindita, pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, “Mendengarkan aktif memungkinkan kita benar-benar memahami lawan bicara. Ini meningkatkan kualitas interaksi dan membangun hubungan yang lebih sehat.”

Sayangnya, di zaman serba cepat ini, orang lebih sibuk memikirkan apa yang akan mereka katakan berikutnya, daripada betul-betul menyimak. Padahal, kemampuan mendengarkan dapat mencegah kesalahpahaman, mempererat empati, dan bahkan meredam konflik.

Di Era Digital, Mendengarkan Itu Revolusioner

Kebiasaan beropini di media sosial sering kali berubah menjadi debat kusir. Polarisasi mudah terjadi ketika tidak ada yang mau mendengar.

Di sinilah prinsip Zeno menjadi semacam penyejuk. Ia mengajak kita untuk menahan lidah, membuka telinga, dan mengolah pikiran sebelum mengucap atau menulis.

Ingin Lebih Stoik? Mulai dari Hal Sederhana:

1. Latih Mendengarkan Aktif

Fokus pada lawan bicara, jangan menyela. Tunjukkan bahwa kamu benar-benar hadir dalam percakapan.

2. Berpikir Sebelum Bicara

Tidak semua opini harus diucapkan. Kadang diam adalah wujud tertinggi dari kontrol diri.

3. Kurangi Perdebatan di Medsos

Energi lebih baik digunakan untuk memahami daripada menyerang.

4. Latih Kesabaran dan Empati

Kesabaran dalam mendengar membuka ruang untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain.

Hening Bukan Berarti Tak Bijak

Zeno mengingatkan bahwa dalam dunia yang penuh suara, menjadi pendengar yang baik adalah tindakan yang kuat.

Mendengarkan bukan tanda kelemahan—melainkan langkah awal menuju komunikasi yang sehat, hubungan yang harmonis, dan hidup yang lebih bermakna.

Karena kadang, dalam diam, kita lebih banyak belajar.***

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pecel Lele Tipikor: Ancaman Baru dari Sambal Terlalu Pedas
Ijazah, Hoaks, dan Demokrasi yang Terluka
Tumpukan Uang, Tumpukan Luka: Saat Korupsi Dipertontonkan di Tengah Luka Rakyat
Obrolan Rakyat Kecil di Tengah Drama Elite Pemprov Jabar
Indonesia Gelap : Narasi Bayaran yang Membajak Kesadaran Publik
13 Miliar dan Anak yang Tak Pernah Pulang
Jika Sekolah Benar-Benar Masuk Jam 6: Kisah Anak-Anak di Ujung Jalan yang Terlupakan
JKW Mahakam: Kasus Viral yang Menguji Akal Sehat Kita di Era Digital

Berita Terkait

Senin, 23 Juni 2025 - 11:57 WIB

Pecel Lele Tipikor: Ancaman Baru dari Sambal Terlalu Pedas

Sabtu, 21 Juni 2025 - 15:55 WIB

Ijazah, Hoaks, dan Demokrasi yang Terluka

Jumat, 20 Juni 2025 - 18:48 WIB

Tumpukan Uang, Tumpukan Luka: Saat Korupsi Dipertontonkan di Tengah Luka Rakyat

Jumat, 20 Juni 2025 - 09:23 WIB

Obrolan Rakyat Kecil di Tengah Drama Elite Pemprov Jabar

Rabu, 18 Juni 2025 - 20:09 WIB

Indonesia Gelap : Narasi Bayaran yang Membajak Kesadaran Publik

Berita Terbaru